Senin, 20 Agustus 2007

BATIMUNG

Serupa dengan ratus, tetapi batimung digunakan untuk seluruh tubuh. Meski demikian, tentu saja organ intim dapat faedahnya.
Meski sederhana, adat masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan ternyata tak beda jauh dengan sauna ala Spa di salon. Tak hanya untuk organ intim, pengasapan ini bahkan dilakukan untuk seluruh tubuh. Tak hanya calon mempelai wanita, calon mempelai pria juga harus menjalani tradisi ini. Ratus memang sudah menjadi bagian budaya Nusantara.
Ritual ini disebut Batimung, membuang keringat dari badan dengan cara diasapi serta ditambahkan bunga-bungaan dan ramuan alami. Untuk wanita, tentu saja mempengaruhi organ intimnya seperti pengasapan ratus. Cara konvensional masih menggunakan tungku. Calon mempelai harus menduduki tungku itu. Sementara cara yang agak modern, cukup dengan kompor sementara uap dialirkan melalui selang besar yang ditaruh di bawah tubuh.
Proses Batimung biasanya dilakukan pada malam hari, dilaksanakan oleh para wanita dari keluarga orang yang batimung. Biasanya calon pengantin pria hanya melakukan batimung selama tiga hari. Tetapi bagi calon pengantin wanita bisa sampai satu minggu bahkan ada yang hampir satu bulan.
Khasiat batimung sangat luar biasa. Banyak mempelai mengaku badannya segar dan pegal-pegal hilang. Selain itu bau wangi juga terus keluar bersama keringat kita. Satu kali batimung, biasanya aroma wangi itu akan habis dalam 2-3 hari.

Sesaji
Para mempelai yang usai ber-batimung merias diri dan mandi. Jika itu batimung terakhir sebelum akad nikah, mempelai wanita pun dirias. Perias kampung biasanya menyalakan dupa, menyediakan kelapa muda, ketan, dan beras kasih (beras kuning). Jika syarat itu tak ada, perias umumnya tak mau menjalankan tugasnya sebab takut terganggu seperti badan tiba-tiba lemah.
Sesaji yang sama juga harus diletakkan di bawah balai atau tempat pengantin bersanding. Selain itu, juga disediakan piduduk (sesaji) untuk dimakan bersama seperti nasi lemak dan inti, gula merah, kue-kue, kacang hijau goreng, pisang, ubi, bubur putih dan merah, rokok, minyak lekat baburih, dan air tepung tawar.
Penduduk biasanya disertakan saat upacara mandi pengantin. Kegiatan mandinya sendiri dilaksanakan di dalam pagar mayang, yakni bilik yang dibuat pada pelataran rumah yang dibatasi empat batang tebu berhias aneka kembang. Pada batang-batang tebu juga digantungkan beberapa kue. Saat turun ke pagar mayang, pengantin ditaburi beras kuning sambil membaca salawat, puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Bahan untuk Batimung
1. Bedak atau wadak, yang sering disebut mangir wangi. Terbuat dari beras kencur ditambah dengan bahan alami lainnya yang mengandung wangi-wangian.
2. Bahan tambahan yakni: daun pudak/pandan wangi, temu giring, limau purut, kulit bawang merah, santan, kayu manis, menyan, daun sop, pucuk ganti, mang soe sebangsa akar, bunga akar. Biasanya juga ditambah dengan daun serai wangi, kunyit, pandan, temulawak, lengkuas, serta bunga mawar, kenanga, cempaka, dan melati. Semua bahan tersebut dipotong kecil-kecil lantas direbus dalam kuali tanah. Tutupnya dijaga agar asapnya tak keluar.

Proses Batimung:
1. Badan orang yang akan ditimung dibedaki dengan wadak sampai bersih dan harum sehingga segala kotoran yang melekat di tubuhnya hilang. Membedaki dilakukan oleh para wanita yang ditugaskan.
2. Setelah selesai diwadak, calon pengantin disuruh duduk di atas sebuah bangku yang rendah disebut dadampar, kemudian segala pakaian yang melekat disuruh menanggalkan diganti dengan selimut tebal beberapa lapis sampai ke atas kepala kecuali muka dan hidung.
3. Selesai diselimuti, barulah ramuan mendidih tadi diletakkan di bawah dadampar. Tutup kuali dibuka sehingga uap harum bisa keluar dan membasahi tubuh orang yang batimung. Pur