Minggu, 17 Juni 2007

Serunya Bisnis dari Hobi

Serunya Bisnis dari Hobi
TANGGUK REZEKI SAMBIL TUNGGU ANAK SEKOLAH

Hobi bisa datangkan rezeki. Dari hobi para ibu ini berhasil berbisnis. Simak kiat mereka, plus cerita seru berbisnis di rumah.

Jangan pernah remehkan hobi Anda. Bermula dari hobi, Anda bisa mengembangkannya menjadi bisnis yang menguntungkan. Bukankah usaha yang berdasarkan hobi akan mudah dijalani? Ditambah kerja keras, tekun, dan serius, bisnis Anda pun bukan tidak mungkin akan cepat berkembang. Yang tak kalah menarik, bisnis ini cocok dikembangkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang ingin bekerja.

Demikian pengalaman yang disampaikan Ratna Madu Wireni, Mia, dan rekan-rekannya yang mengembangkan bisnis karena hobi. Mia menuturkan, ia bersama dua rekannya, Siana dan Andhika memulai bisnis serviettes karena memang gemar membuat kerajinan tangan. Kelompok usaha yang mereka dirikan dua tahun lalu ini diberi nama Tangan. "Karena hasil karya kami, kan, memang mengandalkan keterampilan tangan," tandas Mia dan Siana serempak.

Dengan tangan-tangan terampil mereka, ketiga ibu rumah tangga ini sukses mengolah tisu, menjadi aneka pernik yang cantik. Misalnya saja tatakan gelas, kotak pensil, hiasan dinding, atau tempat perhiasan. Bahkan, tisu yang biasanya jarang dilirik orang ini bisa juga ditempelkan ke kain, untuk dijadikan taplak meja atau gorden indah. "Enggak sulit, kok, mengerjakannya. Yang penting ketelatenan dan imajinasi," tutur Mia yang sebelumnya rajin mengikuti kursus kerajinan tangan.

Prinsip membuatnya, lanjut Mia, sederhana saja. Guntingan tisu dengan gambar sesuai keinginan, ditempelkan di media tertentu (misalnya kotak kayu, kaleng, keramik, atau kain). "Setelah ditempel dengan lem khusus, kita semprot dengan vernis, dilem lagi, kemudian divernis beberapa kali lagi. Sudah. Sederhana, bukan?" tanya Mia sembari mempraktikkan menempel tisu ke selembar bahan untuk tatakan gelas.

BERANI IKUT PAMERAN
Untuk memperkenalkan usahanya, sudah beberapa kali Tangan memberanikan diri ikut berpameran. "Semula kami ragu-ragu. Ikut pameran, kan, berarti harus sudah siap jika mendapat pesanan dalam jumlah banyak. Atas dorongan para suami, kami pun memutuskan untuk jalan terus. Toh siap atau tidak siap, kami sudah telanjur terjun ke bisnis ini," papar Mia.

Keputusan mereka mengikuti beberapa pameran ternyata tepat. Kerajinan serviettes mereka laku keras. "Kami semakin percaya diri untuk lebih serius menekuni bidang bisnis ini," imbuh Siana. Larisnya usaha mereka berkat ciri khas yang membedakan dengan produk lain sejenis. "Motif kami unik dan tidak pasaran," timpal Mia.

Uniknya motif dimungkinkan karena tiga sekawan ini mendatangkan secara khusus tisu-tisu dari luar negeri, misalnya dari Jerman dan Singapura.

"Di Jerman kerajinan seperti ini sudah sangat umum. Jadi, sangat mudah mencari tisu dengan motif yang amat beragam," imbuh Mia sembari memperlihatkan file tisu dengan motif yang sangat bervariasi.

Sesuai namanya, produk buatan Tangan memang seratus persen dibuat dengan tangan. "Bahkan cat-nya pun kami kerjakan dengan kuas, bukan dengan semprotan mesin. Memang tidak sehalus cat semprot, tapi justru ketidakhalusan itulah yang membuat produk kami menjadi lebih alami," papar Siana setengah berpromosi.

Karena hampir semua bahan diimpor dari luar negeri, harga produk buatan Tangan jadi tidak murah. Rentang harganya mulai Rp 50.000 sampai ratusan ribu rupiah. "Tapi kami jamin motif dan mutunya istimewa, lo" sambung Mia dan diamini oleh Siana.

Mia dan Siana yang putranya sama-sama sekolah di SD Pangudi Luhur ini sama-sama mengungkapkan, dengan bisnis ini, mereka masih punya waktu untuk mengurus keluarga. "Pekerjaan bisa dikerjakan sambil mengasuh anak," papar keduanya, yang bercita-cita memiliki toko sendiri yang khusus memasarkan hasil karya mereka.